Saturday, July 20, 2013

Masa Kecil Kurang Bahagia

WONG CILIK
Candaan masa kecil kurang bahagia, ternyata bukan hanya bualan. Biasanya candaan atau guyonan ini dilontarkan kepada seorang yang sudah dewasa, tetapi perilakunya masih seperti anak kecil. Misalnya ada seorang perempuan dewasa tetapi dia begitu senang bermain ayunan di taman, sampai-sampai tak mau gantian dengan yang lain. Pengunjung taman akan mengatakan kepadanya:
"Wow. masa kecil kurang bahagia ya..."
Begitupun dengan cerita berikut ini. Kisah yang kuambil dari pengalaman seorang sahabat. Sahabatku itu seorang pengusaha swasta yang mengelola bisnisnya di rumah. Gino, panggil saja begitu, memiliki beberapa orang karyawan. Karena perusahaan percetakan, kebanyakan karyawan adalah remaja laki-laki yang baru lulus SMA. Gino mencari karyawan yang tinggal di sekitar rumahnya.
Salah satu karyawan barunya adalah Roy. Roy sudah beberapa bulan menyelesaikan SMU-nya, dan belum juga bekerja. Dia memang tak mampu meneruskan sekolah ke universitas, makanya dia memutuskan untuk cari pekerjaan. Dari sekian tawaran, Roy merasa paling cocok bekerja dengan Gino, karena dia suka otak-atik grafis di komputer.
Dengan senang hati, Gino menerima ABG itu bekerja di tempatnya. Selain baik, rajin sholat, Roy juga selalu bersemangat dalam bekerja. Salah satu alasan Gino menerima anak itu, karena dia juga seorang anak yatim. Ayahnya sudah meninggal dan Roy tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai tukang cuci, penghasilannya tidak menentu.
Gajian pertama pun diterima pada bulan berikutnya. Hari itu, Gino memberikan gaji kepada Roy juga karyawan yang lain. Roy sangat senang luar biasa menerima hasil jerih payahnya itu. Saat istirahat makan siang, Roy keluar dari kantor, katanya mau ke pasar. Kebetulan posisi pasar tak jauh dari kantor itu.
Sepulang dari pasar, Gino melihat Roy membawa kantong plastik yang sangat besar. Wajahnya berbinar. Sesampai di kantor dia mengeluarkan isi kantongnya. Sebuah bus plastik ukuran besar, sebuah pistol-pistolan, sebuah teropong plastik dan beberapa mainan lagi. Roy menjalankan bus mainan itu di atas meja, Gino pun menghampirinya.
"Wah, beli mainan banyak bener?"
"Iya Pak mumpung ada rejeki..."
"Buat siapa Roy, kamu kan nggak punya adik?"
"Buat aku sendiri Pak, sudah lama ingin punya mainan seperti ini..."
"Oh..."
Rasa haru campur bahagia terbersit di hati Gino. Dan dia kemudian meminta Roy memasukkan mainan-mainan tersebut ke dalam kantong plastik dan kembali bekerja. Remaja 20 tahun itu pun menurut. Dan pengusaha muda itu bisa merasakan kebahagiaan di hati Roy saat itu. Orang di kampung sudah tahu, betapa miskinnya anak muda itu selama ini. Benar-benar masa kecil yang kurang bahagia.
Jakarta, 21 Juli 2013

No comments:

Post a Comment