Sunday, July 7, 2013

alam mengajariku

bismillah....

Alam menghadirkan berjuta pengalaman, mengandung beraneka hikmah dan melahirkan beragam pelajaran dengan segala bentangan nya, keunikan, teksturnya dan misterinya. alhamdulillah dalam dua bulan ini Alloh mengajarkan sedikit ilmu-NYA padaku lewat alam. yup, gunung dan pantai. daya tahan, kepasrahan, kecekatan, ketepatan dan solidaritasku benar-benar teruji. 

akhir mei lalu sekolahku menjalankan kegiatan rutin tahunan OTFA (Out Treking Fun Adventure) dan pada kesempatan ini aku menjadi pendamping (PAK) bagi 7 orang siswi kelas satu dan kelas dua SD (AK). Gunung salak adalah lokasi yang dipilih untuk kami 'sambangi', berangkat pagi hari tgl 23 Mei menuju Sukamantri dan baru sampai sekitar pukul 11.00. setelah makan siang dan sholat zuhur yang di jamak dengan Asar, treking pertama sebagai ma'rifatul medanpun dimulai. dengan persiapan latihan fisikku yang kurang, rute yang menantang, serta tanggung jawab pada para AK yang diamanahkan padaku, membuatku harus ekstra berjuang. bertahan bukan hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi para siswa. menjelang magrib kami istirahat untuk persiapan sholat magrib dan isya serta makan malam, pentas seni dan istirahat sejenak. kondisi hujan deras membuat cuaca bertambah dingin, namun tak menghalangi kecerian para siswa untuk tetap asik bercerita walau sudah waktunya tidur. alhamdulillah dengan sedikit lobi-lobi, guru-guru mungilku terlelap. pukul dua kami kembali bangun untuk persiapan treking malam menyusuri tapak demi tapak sang gunung. dengan segala liku,jalan setapak, tanjakan curam, turunan landai, jurang, pepohonan, kabut serta suara-suara dari para hewan jadi saksi perjalanan kami dan alhamdulillah kami selamat dan berhasil menyelesaikannya.


selesai OTFA, bukan berarti interaksi dengan alam terhenti. tepat sepuluh hari setelahnya sekolahku kembali mengadakan kegiatan. kali ini hanya untuk para guru. inilah Susur Pantai (surpan) pertamaku. rute yang harus kami selesaikan dengan berjalan kaki adalah Citarate-legon puncang-cilograng-karang bodas-karang taraje-legon Pari hingga Sawarna kurang lebih 50 km dengan jalur yang tidak biasa dilewati manusia, subhanalloh... dahsyat.perjalanan kami melewati pantai-bukit-jurang-hutan-pantai-karang-bukit-pantai. kebayangkan kek apa medannya.

subhanalloh.... betapa hebat alam beserta seluk beluknya. lautan yang luas dengan deburan ombak yang unpredictable. kadang lembut dan menenangkan, namun seketika berubah buas dan mematikan. seperti kemenangannya meluluhkan dan mengikis karang yang besar, kokoh, tinggi menjulang lagi gagah. pepohonan yang ku anggap tanpa daya, ternyata mampu menjadi tumpuanku saat merayap, memipir dan bergelayut melewati jurang. sungai yang hanya sebatas betis yang menurutku aman untuk disebrangi, ternyata memiliki arus kencang yang membuat aku dan beberapa teman hampir hanyut meski sudah berpegang pada webing. Subhanalloh, Maha Besar Engkau dengan segala kuasa-Mu. betapa kecil dan kerdilnya diri ini tanpa-Mu. bahkan untuk melewati sungai cetekpun aku tak mampu. Namun berkat pertolonganmu lewat beberapa teman yang lain, kamipun selamat.

selepas melewati bukit dan hutan, kami bertemu pantai. Subhanalloh... indah. pantai perawan yang belum terjamah manusia. perjalanan pun dilanjutkan dengan memipir karang-karang besar, tinggi, tajam dan terjal. walau susah payah dan lelah harus tetap dilewati. suatu ketika, karena kakiku hampir tak sanggup melompati karang-karang tinggi dan besar, aku memilih berjalan lebih ke tepi pantai karena yang aku lihat karangnya rendah jadi aku tak terlalu bersusah payah melewatinya (cari yang enak). ternyata, perhitunganku salah total. kudengar teriakan kepala sekolahku memanggil namaku untuk segera menepi ke karang besar nan tinggi. karena kaget, spontan ku berlari ke karang tersebut. begitu kedua kakiku berada di karang yang besar, ternyata ombak yang amat besar dan kencang dengan suara yang dahsyat tepat menghantam karang kecil tempatku berdiri semula. Masya Alloh, apa jadinya aku jika tetap memilih melewati karang kecil itu. mungkin aku sudah hanyut tergulung ombak raksasa. Lahaula wala quwwatailla billah....

sepanjang perjalanan tak henti ku ucap syukur, kembali ku pandangi laut luas tak berujung. masya Alloh.... ternyata diri ini benar-benar kecil dan kerdil. tak punya kuasa apapun meski hanya perhitungan sederhana. begitu bertemu air tawar, kami segera wudu dan sholat asar sekaligus menjamak Zuhur. subhanalloh.... ini kali pertamaku sholatdi pinggir pantai,  dimana kami sujud tepat di atas pasir putih nan lembut, nikmat sekali sujud ku kali ini.

perjalan ini pun sebagai bukti solidaritas dan ukhuwah diantara kami. bagaimana tidak, jangankan menolong orang lain, diri kami sendiri saja masih butuh pertolongan. konsep pengendalian diripun ku dapat dari sini. betapa ego harus ditekan sedemikian rupa. saat mampu berjalan cepat, kami harus rela memperlama jalan (beban ransel semakin berat kalo jalannya pelan) demi menunggu rombongan teman-teman yang berjalan tertatih. saat berjalan pelanpun sudah terseok-seok, kami harus berusaha mempercepat langkah agar tak zolim pada teman-teman yang menunggu. saat keseimbangan tubuh limbung dan hampir terjatuh ke jurang, tapi kami harus bisa memberikan kekuatan dan dukungan moril pada sesama bahwa ia bisa melakukannya, walau hanya sekedar uluran tangan lemah, tapi kekuatan itu mampu membawa kami bertahan dan berhasil merayap, memipir,dan  melompat medan-medan sulit. subhanalloh... inilah ukhuwah. ukhuwah the power of muslim. 

kami bermalam di tepi pantai, tidur dalam sebuah tenda bertemankan suara debur ombak dan hembusan angin. dan sekitar pukul 08.30 keesokan harinya kami pulang setelah refleksi dan saling mengutarakan ibroh dan berbagi kesan. mobil-mobil menanti kami di perkampungan masyarakat karena tidak bisa masuk pantai maka kami harus berjalan sekitar 3-5 km lagi. tidak seperti kemarin jalan yang kami lewati lebih ramah, tidak ada jurang terjal, tebing curam, sungai deras atau semak berduri. hanya jalan semeter yang cukup becek karena habis hujan, jalan ini biasa dilalui warga saat beraktivitas. Medan yang menurut ku bahaya, justru aman bagi kami. tak ada satupun dari kami yang terluka atau celaka. Namun, siapa sangka, jalan yang biasa dilalui warga, jalan yang menurut ku aman karena tak ada rintangan yang menghadang, justru membuat temanku terpeleset dan membuat tangannya patah. Astagfirulloh, lagi-lagi Alloh menunjukkan kebesaran-NYA. lagi-lagi Alloh mennegurku untuk tidak boleh meremehkan dan terlena. lagi-lagi Alloh mengingatkan bahwa hanya IA lah yang dapat menentukan aman atau tidak, baik atau buruk.

tak selamanya jurang curam, tebing tinggi, bukit terjal atau karang nan tajam itu membahayakan dan tak bisa dilalui, ternyata jalan lurus nan kecil rintangan justru melenakan dan membuat celaka

tak selamanya sungai cetek lagi sempit aman dan tak menghanyutkan, nyatanya akupun hampir terbawa arus deras di sungai itu

tak selamanya karang besar, tinggi lagi tajam dimana butuh usaha keras untuk menyebranginya adalah pilihan yang buruk dan pahit, nyatanya karang kecil nan pendek yang akupun tak perlu susah melangkahkan kaki melewatinya menghantarkan aku pada terjangan dan tarikan ombak yg menggulung dan mencekam jika saja aku bersikeras memilih melewatinya

alam mengajarkan ku banyak hikmah dan pelajaran kehidupan. apa yang menurut ku tak beresiko, justru berbahaya ketika terlena dan menyepelekan. apa yg menurut ku sulit, membahayakan, berat, dan menyeramkan, ternyata justru aman dan bisa terslesaikn dengan doa, persiapan, kepasrahan, keyakinan dan ukhuwah


hari ini ku simpulkan satu hal: Perjalanan ini telah membantuku menemukan karakter dan jati diriku....
pagi di Gunung Salak


Pagi di Pantai Citarate

Fajar di Pantai Legon Pari

No comments:

Post a Comment