Monday, October 22, 2012

Papi, Seorang China Muslim

AKU DAN AYAH
Dha Yang membetulkan duduknya. Dicecapnya teh hijau kesukaannya dengan perlahan. Pertemuan yang langka, karena dia tinggal di Surabaya sedangkan aku tinggal di Jakarta. Karena itu aku memanfaatkan pertemuan itu sebaik mungkin.
"Besok ulang tahun almarhum Papi," katanya.
"Oh ya?"
"Papi meninggal saat aku masih SMA..."
"Wah sudah lama ya..."
"Aku sangat kehilangan...."
"Pastinya..." jawabku.
"Beliau sangat dekat denganku..."
"Papimu seperti apa ya?"
"Dia baik, suka menolong orang lain..."
"Sudah bisa kubayangkan..."
"Papi biarpun berdarah China, beliau adalah seorang muslim yang taat, agamanya kuat," tutur Yang.
"Benarkah?"
"Iya, dan beliau juga sangat pemurah," tambahnya.
"Pemurah bagaimana?" tanyaku.
"Pada semua orang miskin, dia selalu pemurah, saat Papi meninggal yang melawat banyak sekali, orang-orang miskin yang pernah ditolong Papi," jawabnya.
"Subhanallah..."
"Papi juga sering jalan-jalan ke pedesaan, untuk olah raga dan melihat-lihat sekitar..."
"Gitu ya..."
"Suatu hari ada kejadian lucu, habis jalan-jalan, Papi pulang hanya memakai kaos oblong dan celana kolor, tanpa alas kaki, setelah ditanya, katanya bajunya diberikan kepada petani miskin yang bajunya sangat jelek, hahahaha...."
"Hahahaha... terus?"
"Ya udah, seluruh keluarga tertawa. Begitulah Papi..."
"Pemurah banget ya..."
Angin sore meniup lembut. Aku dan Yang masih duduk dengan tenang di kafe itu. Aku memandangi Yang dan mendengarkannya terus bercerita. Laki-laki ini, seorang keturunan China yang ramah dan baik. Dan darinya aku banyak belajar tentang kehidupan.
Jakarta, 22 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment